Halaman

Jumat, 08 Oktober 2010

Teletubbies a la The Four Idiots


Disclaimer:
- Teletubbies yang dipinjam kisah dan tokohnya
- IndoHogwarts yang sudah dijadikan tempat menggila
- Para pemeran :
  • Tinky Winky : Oswald Ashenford
  • Dipsy : Deniska Mikhailov
  • Laa-laa : Joshua Kinnsky
  • Po : Benaya Elsveta
  • Matahari : Lolly Popilly


Pagi hari telah tiba. Bunga-bunga dan pepohonan bergoyang-goyang dibangunkan oleh angin yang berhembus lembut, sepoi-sepoi dan bikin adem. Matahari kemudian mulai memunculkan sosoknya dari balik gunung sambil tersenyum riang dan cekikikan, "Ihihihi... Ihihihi... Ihihihi... Ihihihi..." Matahari berwajah imut-imut dengan make-up menor memancarkan cahayanya menghangatkan dunia. Nama matahari itu Sunlolly. Kata siapa matahari tidak boleh punya nama? Matahari tahun 90'an itu gaul, lho. Tahu artinya gaul, kan? Artinya tidak kuper, tidak ketinggalan jaman.. up to date. "Ihihihi..."

Mari kita pindah ke halaman rumah para bocah-bocah Teletubbies yang lucu. Halaman hijau dengan bunga-bunga aneka warna itu adalah tempat bermain favorit mereka. Sebutlah nama mereka : Oswinky, Denipsy, Joshlaa dan Benpo. Nah, selamat menikmati petualangan mereka!!

Di atas bukit nan jauh, Teletubbies bermain-main. Dari lubang di halaman yang perlahan membuka satu demi satu Teletubbies melompat keluar sambil melambai-lambaikan tangan.

"Ya!" ujar Oswinky menggoyang-goyangkan pinggul sambil tersenyum lebar. Tas tangan kesayangannya tersampir di lekukan siku dengan manis.

"Halooo!" Denipsy menyusul. Topi besar dengan corak sapi bertengger di kepala. Topi yang selalu membuat Denipsy lebih percaya diri. Tak mau kalah, Denipsy melambaikan tangannya lebih kencang dari Oswinky.

"Hyaaa!" Sebuah suara mungil dengan tubuh merah yang sama mungilnya. Benpo melompat keluar sambil bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Ketiga Teletubbies kebingungan. Kemana Joshlaa? Kenapa bisa keduluan Benpo? Ketiganya bersama-sama mengintip ke dalam lubang.

"Joshlaa lompat... lompat... lompat," panggil ketiganya bersamaan. Joshlaa pun kemudian melompat sangat tinggi dan mendarat dengan malu-malu. Kedua tangan menutupi mulutnya dan ia tertawa kecil sementara ketiga temannya mengerumuni.

"Joshlaa telat lompat," kata Oswinky lalu ditiru oleh Denipsy dan Benpo bersahutan.

"Hehehe... maaf," jawab Joshlaa memiringkan kepalanya. "Joshlaa ketiduran."

INILAH TELETUBBIES... INILAH TELETUBBIES... INILAH TELETUBBIES... INILAH TELETUBBIES...

Keempatnya kemudian tertawa bersama-sama dan mulai berlari-lari saling mengejar satu dengan yang lain. Oswinky menuruni bukit di sisi kanan diikuti Joshlaa, Denipsy menuruni bukit dari sisi kiri bersama dengan Benpo. Tawa riang dan ceria membahana di bukit Teletubbies. Mereka sibuk berlari-larian ke sana ke mari hingga kelelahan. Lalu tiba-tiba Oswinky jatuh terguling-guling ke bawah karena tersandung kerikil.

"Aaaa... tolong... tolong..." jeritnya ketakutan.

Denipsy, Joshlaa dan Benpo berdiri diam berdampingan. Ketiganya menatap ngeri melihat Oswinky yang terus terguling ke bawah. Denipsy menatap Joshlaa dan Benpo bergantian. Mereka tidak tahu harus berbuat apa.

"Kami harus bagaimana? Bagaimana? Bagaimana menolong Oswinky?"

Joshlaa memiringkan kepalanya mencari akal lalu bertanya, "Kejar?"

Denipsy mengangguk, "KEJAR!"

Benpo mengulangi, "Kejar! Kejar!"

Ketiganya mulai berlari mengejar Oswinky yang terus terguling. Berlari, berlari terus berlari sambil memanggil nama Oswinky. Oswinky yang terguling masih berteriak sampai akhirnya tubuhnya berhenti sendiri di atas lahan datar.

"Aah... sudah berhenti," ujar Benpo lega.

"Sudah berhenti," sahut Denipsy.

"Iya, sudah berhenti," ulang Joshlaa.

Mereka semua lega karena Oswinky baik-baik saja, "Sudah berhenti. Hahaha."

Benpo bertepuk tangan riang, Denipsy memegangi topinya dan Joshlaa mengayun-ayun badan ke kiri dan ke kanan. Oswinky berdiri pelan-pelan lalu memandangi tangannya. Oswinky terkesiap.

"Tas tanganku hilang!" serunya sedih.

"Tas tangan Oswinky hilang?" tanya Joshlaa ikut sedih.

Oswinky mengangguk, "Hilang. Tasku hilang."

"Tas tangan Oswinky hilang..." gumam Benpo menundukkan kepala.

"Tas tangan Oswinky hilang..." Denipsy mengulangi dengan nada yang tak kalah pedihnya.

"Oswinky sedih..." kata Oswinky lagi.

"Benpo juga... sedih."

"Denipsy juga... sedih."

"Joshlaa juga... sedih."

Ohh... keempat bayi manis bersedih karena Oswinky kehilangan tas tangan kesayangannya. Oswinky menangis pilu. Tas tangan itu adalah tas kebanggaannya. Tas yang selalu dibawanya kemana-mana dan sekarang menghilang.

"Jangan sedih," ujar Denipsy tiba-tiba, "Kita cari tas tangan Oswinky!"

"Cari tas tangan Oswinky!" lanjut Benpo bertepuk tangan.

"Ayo.. ayo cari..." Denipsy dan Joshlaa melompat-lompat bersamaan.

Teletubbies pun menyebar. Oswinky mencari di balik pepohonan. Denipsy mencari di balik semak-semak. Joshlaa mencari di balik bulu-bulu para domba dan Benpo duduk bermain bersama bunga-bunga. Mencoba mencari barangkali tas tangan Oswinky masuk ke negeri bunga. Hari semakin gelap. Sunlolly sudah hampir waktunya terbenam. Tas tangan Oswinky masih belum ditemukan dan Teletubbies sudah kelelahan.

"Tidak ketemu..." kata Oswinky menangis lagi.

"Tidak ketemu..." Denipsy dan Joshlaa mengikuti. Turut sedih untuk Oswinky.

Benpo berlari-lari menyusul ketiga saudaranya. Senyum keindahan Benpo terulas disusul oleh senyum ketiga Teletubbies yang lain. Benpo menunjuk-nunjuk ke arah topi Denipsy.

"Topi... topi Denipsy!" katanya berulang-ulang.

Denipsy yang bingung mengangkat topi dari kepalanya dan apakah kalian tahu? Tas tangan Oswinky ternyata tersangkut di topi Denipsy!

"Horeee ketemu!!" pekik kegirangan Teletubbies memenuhi bukit. Mereka melompat-lompat dan tidak lupa mereka—

"BERPELUKAAAANNN!"

Sunlolly sudah lelah. Sambil cekikikan Sunlolly menguap lebar. Sudah waktunya Sunlolly dan Teletubbies berpamitan.

"Dadaaahh... Daadaaaah... Dadaaahhh... Dadaaaah...."

Teletubbies pun kembali masuk ke lubang, pulang ke rumah mereka untuk beristirahat.

Sampai jumpa.

Kamis, 07 Oktober 2010

The Brightest Star Above

Dear Diary,

Dia seperti bintang cerah yang begitu terang bersinar...
Membuat kedua mataku tak pernah bisa lepas memandangnya
Aku menerima cahayanya...
Menjadi lebih bercahaya karena dia ada
Namun...
Aku juga menjadi lebih gelap

Harapan-harapan semu tentang dirinya membuatku bercahaya
Namun kekecewaan yang selalu kudapat dari berharap membuatku lebih gelap
Aku benci diriku yang seperti ini...
Tapi aku tak bisa melangkah keluar...
Dia begitu terang dan aku tak mampu berpaling...
Karena tanpa dirinya, aku tak terlihat...