Halaman

Kamis, 19 April 2012

Love Triangle?


Bukankah pada akhirnya segala kesalahpahaman ini harus diakhiri?
Sekalipun sesungguhnya,
jauh di lubuk hati ini aku menikmatinya...


"Memangnya tak ada gadis lain yang bisa diperebutkan selain Non?!"

Sarkas. Kalimat yang lazim didengar jika kau berbicara pada William Wordsmith. Agak menyesal juga Helena terpaksa menceritakan semuanya tentang Albert Collier dan Zane Witherington pada pemuda Wordsmith tersebut. Meski usianya baru enam belas, mungkin sebentar lagi tujuh belas, William adalah seorang pemuda yang menurut Helena cukup blak-blakan. Bicara apa adanya walau kadang tidak pakai disaring lebih dulu agar tidak menyakiti hati lawan bicaranya. Helena tanpa sadar mengerucutkan bibirnya menanggapi ucapan William. Memangnya tak ada gadis lain, kata pemuda itu. Sekalipun Helena dengan sadar tahu bahwa jatuh cinta kepada dirinya yang adalah hantu merupakan sebuah kesia-siaan tetap saja dirinya adalah seorang hawa yang lebih sensitif soal urusan perasaan daripada para adam.

Ucapan William tetap melukainya. Ditambah lagi dengan rentetan penjelasan bahwa hantu seperti Helena tidak bisa disentuh dan lain sebagainya. Apakah William pikir, Helena tidak tahu soal itu?

Minggu, 15 April 2012

Wish You Were Here



Sedikit pun tak pernah terbersit di hatiku untuk meragukan perkataanmu. Hari itu, aku sengaja datang lebih cepat ke tempat perjanjian kita. Sengaja kubawa makan siangku dalam kotak bekal yang disiapkan Grey. Sebenarnya, aku bahkan membawa kotak bekal lain yang kusiapkan untukmu. Berharap kau juga datang lebih cepat sepertiku. Serangga-serangga kesayanganmu tak lupa kubawa serta. Merasa puas setelah bermain-main dengan mereka semalaman. Tak jua hentinya hatiku bertanya-tanya, ada apa gerangan hingga kau pada akhirnya memberiku ijin untuk memegang mereka, bahkan membawanya pulang satu malam.

Sabtu, 14 April 2012

Selalu di Hatiku



“Yuki-chan, Naoto meninggal semalam.”

Pagi itu aku dibangunkan oleh bunyi dering telepon genggamku yang ketika kuangkat memberikan berita paling buruk yang pernah kuterima. Berita yang takkan pernah bisa kuterima dengan lapang dada—yang bahkan membuatku marah dan berharap berita itu hanya tipuan belaka. Kekasihku, Naoto Matsushima, telah meninggal semalam karena sebuah kecelakaan di rumahnya. Dia dan kakak sepupunya, Yuuji Natsume, tengah mengangkat lemari besar untuk dipindahkan ke lantai dua dan entah bagaimana kaki Yuuji tersangkut anak tangga dan mereka berdua terjatuh. Naoto yang berada di posisi bagian bawah—posisi yang tidak menguntungkan—tertimpa lemari itu dan kepalanya terbentur keras di lantai. Lehernya patah dan dia meninggal saat itu juga di tempat. Demikian yang diceritakan Yuuji sambil menangis di telepon.

“Maafkan aku. Jika saja aku tidak ceroboh dan tersandung, kejadiannya takkan seperti ini. Maaf!”

Minggu, 08 April 2012

Katya dan Medali Ajaib

[HOLIDAY WRITING CHALLENGE] Pindahkan Genrenya!
by Gagas Media.
Novel: Eclair, Penulis: Prisca Primasari, Halaman: 204-205

###


Katya mengusap permukaan medali perak bermata safir itu dengan takjub. Pada akhirnya medali itu ada di tangannya. Pencarian yang dilakukannya bersama Sergei selama berbulan-bulan pun selesai sudah. Tak perlu lagi mereka menyusuri hutan, mendaki gunung-gunung tinggi juga menahan dahaga di tengah gurun antah berantah. Peri bunga violet yang menemuinya saat ia tersesat di hutan Jivell tidak berkata bohong. Medali perak Ratu Tatiana sungguh ada di gua Vella, gua dalam legenda, medali itu tersembunyi di tempat yang hanya bisa ditemukan oleh orang yang memiliki ketulusan hati. Katya tersenyum, diserahkannya medali itu kepada Sergei dengan mata berkaca-kaca. Gurat lelah kini seolah hilang dari raut wajah Katya.

Kamis, 05 April 2012

Rindumu Membawaku Kembali



Jakarta, 13 Januari 2012

Hari ini ulang tahunnya yang ke-17. Sweet seventeen, begitu semua orang menyebutnya. Biasanya, pesta megah akan diadakan untuk merayakan kedewasaan para gadis di usia tersebut. Mengenakan gaun cantik, menjadi pusat perhatian teman-teman, mendapatkan tumpukan hadiah beraneka rupa, tertawa bersama teman-teman karena permainan yang diusulkan pembawa acara dan menikmati nyanyian kelompok musik yang diundang, semua itu takkan pernah dirasakan gadis berparas Korea tersebut.

Park Shin Bi tak berminat mengadakan pesta ataupun sekedar merayakan ulang tahunnya kecil-kecilan.