Halaman

Senin, 12 April 2021

I Want To Show Him

Disclaimer:

  • Seo Jiwon adalah karakter original saya di Deluna RPF
  • Visualisasi yang digunakan adalah Ahn Seongmin - Cravity
  • Ryeo Haein adalah karakter original milik Ghee di Deluna RPF

*

Semalaman, dari kamar Seo Jiwon terdengar suara petikan senar gitar. Nadanya semula berantakan, dengan petikan yang berbeda-beda kekuatan mengisi kekosongan. Sesekali terdengar geram kesal dan jeritan, disusul suara gema badan gitar yang dipukul telapak tangan semulus bayi. Beberapa saat kemudian, petik gitar terdengar kembali. Lebih tenang kali ini.

Berjam-jam kemudian, suara sorakan terdengar bersamaan dengan derit pintu yang dibuka cepat. Langkah-langkah kaki telanjang menyusul, berlari menuruni anak tangga seolah dikejar-kejar waktu.

Sepasang mata itu, yang tidak pernah tampak fokus, saat ini tampak berbinar penuh semangat. Seo Jiwon menarik lengan baju ibunya yang sedang memasak, merengek dan bertanya berapa lama lagi Haein-ssaem akan datang.

“W-wo—woni sudah… sudah bisa! Woni… Woni s-s-sudah b-bisa, su-sudah bisa… sudah bi-bisa m-ma-main gi… ma-main gi-gitarnya! Sudah bisa! Woni sudah bisa!” serunya terlampau semangat hingga sang ibu tak bisa tak menyungging senyuman. “Bi-bilangin… bilang… bi-bilang ssaem… ssaem harus ha—harus da-datang lihat! Harus… ha-harus… se—sekarang!”

“Woni-ya, sekarang baru pukul enam pagi,” kata ibunya yang disambut sepasang alis terangkat dari si pemilik bola mata bulat. “Haein-ssaem baru datang pukul tiga sore.”

Merengeklah Seo Jiwon mendengarnya. Tatap mata langsung terarah pada jam yang bertengger di dinding, dan ia menghitung berapa lama lagi ia harus menunggu.

“Sem-sembilan… sembi… sembilan j-jam! La-lama!” Merajuk ia pada ibunya dengan kaki dientak-entakkan ke lantai. “H-harus sekarang! Nanti… nanti… ke-keburu l-lupa la-lagi!”

Sang ibu tersenyum, membelai rambut putra bungsunya dan berkata, “Woni anak pintar. Anak yang penyabar. Ya, kan? Kemarin Woni bilang begitu, benar?”


“Iya….”


“Kalau begitu, Woni pasti bisa sabar menunggu pukul tiga sore.”


Seo Jiwon menundukkan kepala, seakan tengah mempertimbangkan. Bibirnya mengerucut, tapi akhirnya kepalanya mengangguk. Ia kembali berlari menaiki tangga, masuk ke kamar, dan kembali asyik memetik-metik gitarnya.


Seo Jiwon anak yang penyabar.