Halaman

Selasa, 07 Desember 2021

From Me To You

 


Prompt: Life is made of small moments like this.

Characters: JaySeong (Kwon Eunjae & Hwang Yiseong)

Ditulis sebagai hadiah dan ucapan syukur atas hari jadi JaySeong yang pertama pada tanggal 8 Desember 2021. Terima kasih karena telah memberitahuku seperti apa rasanya dicintai, dan bagaimana caranya mencintai.

 

 ***

           

            Dear Yiseong,

 

Apa kabarmu hari ini?

Saat kamu masih terlelap, aku sudah terbangun. Kuhabiskan waktu dengan berbaring miring di tempat tidur sambil mengamati wajah pulasmu yang merupa pangeran tanpa dosa. Sempurna pada setiap sudut dan lekuk seakan Tuhan menghabiskan lebih waktu hanya untuk menciptakan sosokmu. Kamu tampak begitu damai, hingga aku tak tega membangunkanmu meski aku sangat ingin mendaratkan kecup lembut pada ujung hidung mancungmu, juga pada bibirmu.

Profesi sebagai figur publik membuat hidup kita kerap diisi oleh momen-momen besar. Menyanyi dan menari di panggung, bertemu banyak orang pada acara jumpa penggemar, berhadapan dengan kamera, diwawancara aneka media, hingga menjadi nominasi penerima penghargaan musik di akhir tahun. Tiap langkah kita tidak pernah lepas dari lampu sorot tak kasatmata nyaris dua puluh empat jam penuh, setiap hari. Ucapan dan tindak tanduk kita diawasi begitu rupa, hingga cela setitik saja akan merusak siapa kita di mata orang-orang. Mereka ingin tahu segala hal tentang kita, sampai yang tidak penting sekalipun.

Bukan aku tidak bersyukur. Namun saat ini, pada momen kecil ini… saat hanya ada kita berdua, aku memahami bahwa dibandingkan momen-momen besar di mana nama kita dielukan, momen kecil seperti ini lah yang justru membentuk kehidupan kita menjadi sesuatu yang jauh lebih berarti.

Di momen-momen kecil ini, kamu adalah milikku seorang. Yiseong yang tidak mengenakan topeng tanpa cacat. Yiseong yang apa adanya dengan rambut berantakan setelah berjam-jam bergesekan dengan bantal, yang sesekali mengigau, yang terkadang tanpa sadar melelehkan liur di sudut bibir seperti anak kecil. Yiseong yang tanpa perlu banyak berusaha bisa membuat seorang Kwon Eunjae melengkungkan senyum karena ada percik bahagia yang meletup dalam hatinya.

Satu tahun bersamamu, aku merasakan cinta yang kupunya untukmu semakin besar dari hari ke hari. Sungguh, aku tak sabar menanti momen-momen kecil lainnya yang akan kubagi bersamamu di tahun-tahun mendatang.

 

 

With Love,


Jay


Senin, 12 April 2021

I Want To Show Him

Disclaimer:

  • Seo Jiwon adalah karakter original saya di Deluna RPF
  • Visualisasi yang digunakan adalah Ahn Seongmin - Cravity
  • Ryeo Haein adalah karakter original milik Ghee di Deluna RPF

*

Semalaman, dari kamar Seo Jiwon terdengar suara petikan senar gitar. Nadanya semula berantakan, dengan petikan yang berbeda-beda kekuatan mengisi kekosongan. Sesekali terdengar geram kesal dan jeritan, disusul suara gema badan gitar yang dipukul telapak tangan semulus bayi. Beberapa saat kemudian, petik gitar terdengar kembali. Lebih tenang kali ini.

Berjam-jam kemudian, suara sorakan terdengar bersamaan dengan derit pintu yang dibuka cepat. Langkah-langkah kaki telanjang menyusul, berlari menuruni anak tangga seolah dikejar-kejar waktu.

Sepasang mata itu, yang tidak pernah tampak fokus, saat ini tampak berbinar penuh semangat. Seo Jiwon menarik lengan baju ibunya yang sedang memasak, merengek dan bertanya berapa lama lagi Haein-ssaem akan datang.

“W-wo—woni sudah… sudah bisa! Woni… Woni s-s-sudah b-bisa, su-sudah bisa… sudah bi-bisa m-ma-main gi… ma-main gi-gitarnya! Sudah bisa! Woni sudah bisa!” serunya terlampau semangat hingga sang ibu tak bisa tak menyungging senyuman. “Bi-bilangin… bilang… bi-bilang ssaem… ssaem harus ha—harus da-datang lihat! Harus… ha-harus… se—sekarang!”

“Woni-ya, sekarang baru pukul enam pagi,” kata ibunya yang disambut sepasang alis terangkat dari si pemilik bola mata bulat. “Haein-ssaem baru datang pukul tiga sore.”

Merengeklah Seo Jiwon mendengarnya. Tatap mata langsung terarah pada jam yang bertengger di dinding, dan ia menghitung berapa lama lagi ia harus menunggu.

“Sem-sembilan… sembi… sembilan j-jam! La-lama!” Merajuk ia pada ibunya dengan kaki dientak-entakkan ke lantai. “H-harus sekarang! Nanti… nanti… ke-keburu l-lupa la-lagi!”

Sang ibu tersenyum, membelai rambut putra bungsunya dan berkata, “Woni anak pintar. Anak yang penyabar. Ya, kan? Kemarin Woni bilang begitu, benar?”


“Iya….”


“Kalau begitu, Woni pasti bisa sabar menunggu pukul tiga sore.”


Seo Jiwon menundukkan kepala, seakan tengah mempertimbangkan. Bibirnya mengerucut, tapi akhirnya kepalanya mengangguk. Ia kembali berlari menaiki tangga, masuk ke kamar, dan kembali asyik memetik-metik gitarnya.


Seo Jiwon anak yang penyabar.