Halaman

Kamis, 06 Februari 2020

Pilihan

Kamu mendadak berhenti berjalan dan kepalamu mengarah ke etalase toko yang terang benderang di sisi kirimu. Matamu terarah pada satu benda di sana, pada sebuah boneka perempuan berambut hitam menggantung sebatas bahu. Boneka itu mengingatkanmu pada dia. 

Nobuko-mu.

Kamu tampak begitu gelisah saat menggigiti bibir bawahmu. Tangan kananmu merogoh ke dalam saku celana, menggenggam sedikit uang yang kamu simpan di dalamnya. Uang yang sebenarnya akan kamu pergunakan untuk membeli benda yang akan membuat tubuhmu tidak lagi kesakitan.

Kakimu melangkah masuk ke toko, menghampiri boneka perempuan itu dan memeriksa harganya. Barangkali tidak terlalu mahal, pikirmu. Barangkali masih akan ada sisa uang yang cukup untuk keperluanmu. Tetapi tidak, harga boneka itu hanya akan menyisakan sangat sedikit.

Embusan napas lolos dari bibir pucatmu. Frustrasi, kamu mengacak belakang rambutmu.

Kamu yakin Nobuko akan sangat gembira jika menerima boneka itu. Senyum lebar dan suara tawanya terngiang dalam benakmu, otomatis membuat bibirmu melengkung sebentuk senyum kecil.

Ah, apalah artinya mual dan gigil yang akan kamu alami nanti jika bisa melihat Nobuko bahagia sebagai gantinya?

"Saya beli ini," ujarmu pada pegawai toko yang sejak tadi mengamatimu dengan tampang tidak senang. "Tolong dibungkus dengan rapi."

Lalu kamu berjalan pulang. Rasa sakit yang sejak pagi mengganggumu kini terasa jauh. Kamu bahkan tak sadar telah berlari waktu sosok Nobuko tertangkap matamu.

Gadis itu menyadari kehadiranmu, menyambutmu dengan senyum ceria yang membuatmu jatuh cinta. Dia melambaikan tangannya penuh semangat dan langsung memelukmu begitu kau berada di hadapannya.

"Hiroki kenapa lari-lari sih?" tanyanya khawatir.

Kamu terengah-engah kehabisan napas. Tanpa berkata apa-apa kamu menyodorkan bungkusan berisi boneka itu kepadanya.

Kamu kelelahan tapi sepasang matamu yang biasanya tampak mati kini berbinar-binar menanti.

"Bukalah."