Halaman

Selasa, 02 April 2024

Lost in Labyrinth part 1

Timeline: Hari penerimaan rapor kelas 10 semester 2

  • Disclaimer:  Hakgyo RPF dan segenap original karakter selain Lee Jian dan keluarganya yang adalah milik puppet masters/mistresses masing-masing.
  • Kim Hongjoong (ATEEZ) sebagai referensi visualisasi karakter Lee Jian.

---


Wajah belia enam belas tahun itu semringah saat menerima rapor semester duanya. Usahanya belajar giat ternyata berbuah manis. Nilai-nilainya naik. Tidak ada satu pun mata pelajaran yang kebakaran. Memang ada beberapa yang masih terlalu mepet nilainya, tapi menurutnya ini sudah cukup memuaskan.

Ia berterima kasih pada kedua sahabat yang sekelas dengannya, Bae Inwook dan Na Eunsoo, yang selalu menjawab pertanyaannya tiap kali ada soal yang tidak ia pahami. Ia berterima kasih pada Paman Nam dan Nam Junkyu yang juga tidak pernah bosan mengajarinya (terutama Junkyu). Ayah dan anak itu bahkan mengajaknya naik gunung dan belajar di puncaknya sambil berkemah, yang ternyata sangat efektif.

Jian juga berterima kasih pada Seok Hyena yang memberinya ide untuk menjadi guide bagi para pendaki bule. Bahasa Inggrisnya jadi berkembang pesat karena memaksa diri bercakap-cakap dengan mereka dalam bahasa yang tadinya sama sekali tidak dikuasainya.

Ia tak sabar untuk pulang dan menunjukkan rapor itu pada orangtuanya. Karena itulah ia langsung pulang hari itu, tidak ikut nongkrong bareng dulu dengan begundals.


Dalam perjalanan pulang, Jian mengirimkan foto rapornya pada Paman Nam dan juga Junkyu. Ia tidak mengirim pada ibunya karena sekolah pasti sudah mengirimkan file digital ke orangtuanya. Paman Nam dan Junkyu bersorak untuknya, menjanjikan hadiah untuk merayakan prestasi Jian. Gara-gara itu, Jian jadi berharap saat pulang nanti, orangtuanya akan menyambut dengan raut wajah bangga, atau paling tidak memberinya ucapan selamat.

Saat membuka pintu rumah, aroma masakan rumahan yang lezat langsung tercium olehnya. Semakin semangatlah ia. Rupanya benar, ibunya sudah mengetahui nilainya dan sedang menyiapkan makanan enak untuk ia makan.

“Aku pulang!” serunya sembari mengganti sepatunya dengan sandal rumah.

Terdengar suara ibunya menyahut dari dapur.

Jian segera menuju ke dapur. Lembar rapor sudah di tangannya, siap untuk langsung ditunjukkan. Namun, pemandangan yang kemudian terlihat di hadapannya membuat pemuda itu berhenti melangkah.

Ibunya sedang memeluk dan mengusap-usap kepala Jihoon — kakaknya. Wajah ibunya terlihat sangat senang dan bangga. Berkali-kali ibunya menatap lembaran kertas yang dipegangnya, yang Jian yakini adalah rapor kakaknya. Jihoon melirik ke arahnya, tersenyum menyebalkan. Lalu ibunya memanggil.

“Sini, Jian. Lihat rapor kakakmu! Nilainya sempurna!”

Jian menurut, berjalan menghampiri ibunya dan melihat rapor sang kakak yang memang bertaburan nilai sempurna. Diam-diam, ia meremas rapornya sendiri dan memasukkannya ke dalam saku celana.

“Nilaimu juga meningkat, kan?” ujar ibunya. “Tingkatkan lagi! Jangan mau kalah sama kakakmu!”

Jian tertunduk lesu. Suasana hatinya yang tadi penuh semangat tiba-tiba berubah layu. Memang ia tidak akan pernah bisa mengalahkan Jihoon di mata ibunya. Bagaimana bisa ia lupa? Hal seperti ini sudah pernah terjadi sebelumnya.

“Sana ganti pakaianmu. Cuci muka. Setelah itu kembali ke sini dan makan.”

Ketika ibunya kembali memuji-muji Jihoon lagi, Jian buru-buru masuk ke kamar. Dilemparnya tas ke lantai, lalu mengganti seragamnya. Ia menelepon Jang Sunwoo kemudian, mengabarkan akan menyusul ke tempat begundals sedang nongkrong sekarang.

“Jian! Mau ke mana?” seru ibunya saat ia melewati ruang makan menuju ke pintu keluar. “Makan dulu!”

“Aku nggak lapar. Mau ke tempat Sunwoo dulu,” ujarnya seraya cepat-cepat membuka pintu dan keluar dari rumah itu.

Ada hal-hal yang tidak akan pernah berubah.

Seharusnya ia tahu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar