The last entry of Jonah Julius' daily Journal
Sunday, 10:00 PM
Aku tahu saatnya sudah hampir tiba untukku bertemu dengan pintu menuju akhir perjalanan hidupku yang singkat. Untuk itu aku menyisakan tenaga terakhirku untuk menuangkan semua kenangan akan kebahagiaan yang pernah kualami. Kebahagiaan yang takkan pernah bisa kulupakan, yang membuatku tak pernah menyesali kehidupanku. Teramat singkat, memang, hingga orang-orang yang tak mengenalku mungkin berkata aku anak yang malang. Padahal sesungguhnya, aku merasa aku adalah anak yang paling beruntung di dunia karena aku bisa berjalan menyongsong akhirku dengan senyum terkulum.
Aku sama sekali tak merasa takut.
Malam ini aku memaksa untuk tidur bersama dengan Jared dan membuat Tyler menggendongku dari kamarku menuju ke kamar tidur Jared. Dia ada di sampingku sekarang, sudah tertidur dengan begitu lelapnya meski tadi meributkan betapa sempitnya tempat tidur karena harus berbagi denganku. Aku hanya tertawa saja menanggapi sindirannya karena aku tahu itu hanya candaan belaka. Jared pasti tahu aku sedang gundah hingga tak mampu tidur sendirian. Dia benar, aku memang sedang gundah. Gundah karena aku tahu ini malam terakhirku dan besok aku takkan pernah lagi bisa membuka kedua mataku untuk sekedar mengucapkan salam ritualku di cermin. Aku gundah karena aku tak mungkin mengatakan firasatku itu pada semua orang di rumah ini. Mereka pasti akan marah dan mengatakan aku terlalu banyak pikiran.
Karena itu, kutulis semuanya di buku ini... anggaplah sebagai kenangan terakhir dariku dan juga salam perpisahan yang tak bisa terucap dari bibirku.
###
Hai, Mum... Dad, Tyler dan Jared...
Maaf karena aku sama sekali tak bilang apa-apa tentang kepergianku. Walau sebenarnya aku ingin melewatkan malam ini dalam pelukan kalian semua sekaligus, sambil memandangi wajah kalian satu per satu sampai aku terlelap untuk selamanya. Tapi aku tadi sudah melakukannya saat makan malam bersama. Aku memandangi wajah kalian lebih lama dari biasanya sampai-sampai Mum protes padaku, Tyler menoyor kepalaku dan Jared dengan percaya dirinya mengatakan aku jatuh cinta padanya. Seperti biasa hanya Dad yang berdeham dan pura-pura tak menyadari aku memerhatikan wajah Dad. Aku mencintai kalian dari lubuk hatiku yang terdalam. Memiliki kalian sebagai keluarga tempatku dititipkan Tuhan adalah hal yang terindah yang bisa kudapatkan dalam hidupku yang hanya sebentar.
Kuharap kalian tak terlalu larut dalam kesedihan karena aku pergi dengan membawa kebahagiaan yang kalian berikan padaku selama hidup.
Mum dan Dad... Maaf karena aku telah banyak merepotkan kalian selama enam belas tahun hidupku ini... Aku pasti telah banyak menguras tabungan kalian untuk operasi-operasi yang ternyata tak begitu berguna. Tapi aku bahagia karena dengan operasi-operasi tersebut, aku bisa lebih lama menjadi anak kalian.
Tyler... kakakku yang populer. Belajarlah untuk mencintai seorang gadis saja. Jangan mentang-mentang banyak yang ingin jadi pacarmu lalu kau sikat semuanya. Aku menyayangimu, rambut biru. Buat lagu untuk mengenangku, dong.
Jared... hei, kakakku... sahabatku... Aku tak tahu harus bilang apa padamu karena kau seharusnya yang paling tahu apa yang ada di pikiran dan perasaanku. Oh, baiklah... saat aku menulis ini, kau mendengkur keras sekali. Haha... Jared, kutitip Moon padamu, ya. Jaga dia untukku... Please... ini satu-satunya permohonanku yang tak boleh kau tolak. Kecuali kau mau kugentayangi tiap malam.
###
Moon... my moonlight... Moeku...
Saat buku ini sampai di tanganmu, aku sudah ada di atas sana memerhatikanmu sambil tersenyum. Perkenalan kita cukup singkat waktu itu, kau masih ingat? Ketika aku kehilangan impianku dan kau datang menghiburku dengan pelukanmu? Saat itu, aku bersumpah untuk selalu membuatmu tersenyum.
Dan aku sadar bahwa hari demi hari perasaanku padamu kian bertambah besar.
Moon Light Nethervalle... aku mencintaimu. Ini perasaan yang pertama kali kurasakan pada seorang perempuan. Awalnya aku tak mengira akan mencintai seseorang yang begitu biasa sepertimu. Kupikir aku akan jatuh cinta pada seseorang yang bertubuh seperti Clarisse... tapi ternyata aku salah... Kau jauh lebih indah dari apapun yang bisa diinginkan seorang lelaki. Semua tentang dirimu membuatku tergila-gila sampai-sampai dadaku terasa sesak tiap kali membayangkanmu bersanding dengan lelaki lain.
Ah, baiklah... saat ini pun aku merasa sesak karena aku sudah tak bisa lagi bersaing untuk memperebutkan cintamu. Aku ini posesif ternyata dan aku baru menyadarinya sejak aku mengenalmu. Kau tahu? Aku sering merasa ingin menguasai sendiri senyummu, dirimu... Tapi aku sadar, aku takkan pernah bisa menjadi seseorang yang tepat untukmu karena penyakitku ini. Aku hanya akan menyusahkanmu, merepotkanmu dan membuatmu khawatir. Aku tak ingin memberikan kehidupan seperti itu padamu hingga aku tak pernah bisa mengungkapkan perasaan ini.
Aku mendoakan kebahagiaanmu... meski aku cemburu...
Moe, terimakasih sudah hadir dalam hidupku... Terimakasih sudah menjadi cahaya dalam hidupku... Terimakasih karena kau yang membuat hidupku lebih berarti setelah aku kehilangan mimpiku...
Kau yang membuatku bertahan hingga hari ini... Maaf karena aku tak bisa menepati janjiku untuk tak meninggalkanmu. Tapi, selama kau mengingatku maka aku akan selalu ada di hatimu.
Moe, I love you... I love you... I love you...
###
Sebenarnya aku masih ingin menulis lebih banyak lagi tapi aku sudah lelah. Tanganku sudah gemetar dan jantungku terasa berdenyut menekan dadaku. Kubiarkan jurnalku terbuka, kuletakkan di atas nakas di samping tempat tidur Jared. Aku berusaha bernapas namun oksigen sepertinya sudah meninggalkanku lebih dulu. Kubaringkan tubuhku miring dan mendekat pada tubuh Jared yang hangat. Kupeluk kakakku dan kupejamkan mata.
Pintu akhir itu sudah terbuka. Cahaya putih mengundangku masuk.
"Bye, Jared..."
Aku pun melangkah masuk ke balik pintu itu. Aku tersenyum.
Hidupku memang singkat tapi... aku bahagia.
Jadi, jangan ada yang menangisi kebahagiaanku.
###
1:10 AM
Jonah Julius menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 16 tahun. Ia meninggal dengan tenang. Senyum tipis terulas di bibirnya yang memucat.
Masih adakah yang mampu menyebutnya anak malang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar