Halaman

Rabu, 23 Januari 2013

Shinjitsu

Disclaimer:

  • Battle Royale by Koushun Takami
  • Battle Royale RPG
  • PM Oujiro Tomohiro & Kudou Manami sebagai beta reader dan banner creator
  • Hamasaki Ayumi as Kudou Manami, Nakajima Yuto as Kudou Seiya, dan Ashida Mana as Oujirou Keiko
***

SHINJITSU




"Doko ni iru yo nee-chan?!" tanya Kudou Seiya dengan kesal pada lawan bicaranya di telepon. "Eee?! Masih di rumah?! Kau ini...." Seiya memutar mata—menahan diri untuk tidak membentak kakak perempuannya itu. "Kau masih ingat jam berapa kau menyuruhku ke tempat ini, kan?"

Seiya sudah menunggu hampir satu jam lamanya di restoran sushi yang dijadikan tempat janji temunya dengan Manami. Itu pun setelah Manami memaksanya untuk datang. Tiba-tiba saja, kakak perempuannya menelepon kemarin, memintanya untuk datang ke Tokyo karena ada seseorang yang ingin diperkenalkannya pada Seiya.  Penolakan Seiya tentu saja tidak berhasil—sama seperti biasanya. Apabila Manami sudah meminta maka tidak ada pilihan lain untuk Seiya selain melakukan apa yang diminta.

Penting, katanya.

Jika Seiya tak datang maka Seiya akan menyesal, ia bilang.

Rasa penasaran pun dengan segera berkecamuk dalam batin Seiya. Manami sejak dulu selalu penuh rahasia. Sekalipun wanita muda itu selalu bersikap riang gembira di depannya, ada banyak hal yang disembunyikan oleh Manami darinya, seperti alasan mengapa Manami memutuskan untuk pergi ke Tokyo dan sempat tak memberi kabar ke rumah selama berbulan-bulan. Lalu sekarang, tiba-tiba ada seseorang yang akan dipertemukan dengannya.

Siapa?

Untuk apa?

Mengapa ia akan menyesal kalau tidak bertemu dengan orang itu?

Sempat terbersit di benaknya bahwa Manami ingin menjodohkannya dengan seseorang tersebut. Kalau mengingat tabiat Manami, bukan tidak mungkin hal itu yang akan terjadi. Sudah cukup sering Manami menggodanya supaya ia sesekali melirik lawan jenis di sekolah, bukannya belajar terus-menerus. Tapi ketika ia mengungkapkan kecurigaannya itu, Manami malah tertawa dan dengan cepat menyangkalnya. Lihat saja besok, begitu katanya berulang-ulang hingga pada akhirnya Seiya berjanji untuk datang.

"Cepatlah atau aku akan pulang ke Sendai," ujarnya pasrah dan memutuskan sambungan telepon.

*

"Seiya-kun!"

Sapaan itu membuyarkan lamunan Seiya. Pemuda itu menoleh, dengan spontan mendengus begitu melihat sosok kakak perempuannya berdiri di samping meja lalu duduk di hadapannya. Tatapannya kemudian terarah pada sosok lain yang digandeng oleh Manami. Seorang gadis kecil dengan rambut dikuncir ekor kuda, gadis kecil itu membalas tatapannya—terlihat takut.

"Haa... wajahmu pucat sekali, Seiya-kun! Kau masih tidak tahan dingin, ya?" tanya Manami seolah tidak menyadari kebingungan di wajah Seiya. "Maaf, ya, aku terlambat karena harus menjemput Keiko dulu di sekolah."

Keiko? Gadis kecil itu?

"Anak itu yang mau kau perkenalkan padaku, nee-chan?"

"Iya! Cantik sekali, kan?"

Seiya mengamati gadis kecil itu lagi. Tidak perlu banyak pertanyaan terlontar untuk memahami keadaan yang sedang terjadi di hadapannya. Gadis kecil itu merupakan replika masa kecil Manami.

"Dia anakmu?" tanyanya memastikan. "Dengan Oujiro-san?"

Seiya bisa melihat keterkejutan di mata Manami. Wanita muda itu dengan segera kehilangan ekspresi riangnya dan berusaha menutupinya dengan menepuk-nepuk kepala gadis kecil bernama Keiko itu.

"Benar?" tanya Seiya lagi ketika Manami tidak memberinya jawaban. "Lalu, kau sudah menikah dengan Oujiro-san?"

Seiya mengerutkan kening ketika Manami menggelengkan kepalanya.

"Tomohiro tidak tahu soal Keiko," katanya. "Aku baru tahu kalau aku hamil ketika kami berdua putus."

Seiya merasakan rahangnya mengeras ketika mendengar penuturan Manami. Sama sekali, sama sekali Seiya tidak pernah berpikir kejadian seperti itu akan dialami oleh Manami.

"Kenapa kau merahasiakan ini dari kami semua?" tanya Seiya mendesak. "Kenapa kau harus pergi ke Tokyo?"

Manami menghela napas lalu berkata, "Waktu itu aku tidak tahu apa yang sebaiknya kulakukan. Aku tak ingin Tomohiro tahu karena aku... takut jika dia tahu dia akan memintaku menggugurkan kandunganku." Manami menjilat bibirnya. "Dan aku masih tidak tahu bagaimana menceritakannya pada Otousan, Okaasan, dan juga padamu. Aku takut kalian akan marah besar karena aku ingin membesarkan anak ini."

Seiya diam, membiarkan Manami meneruskan ceritanya. Pemuda itu saling pandang dengan Keiko dan ia tersenyum pada gadis kecil itu. Tiba-tiba saja ia jadi seorang paman. Manami memang luar biasa.

"Begitu aku mendapatkan pekerjaan yang membuatku harus menetap di Tokyo, aku langsung menerimanya tanpa berpikir lagi," kata Manami. Wanita muda itu mengambilkan dua piring tamago sushi dari meja putar dan meletakkannya di depan Keiko yang langsung melahapnya. "Begitu usia kandunganku sudah sembilan bulan, dan aku sering mengalami kontraksi... aku baru menelepon Okaasan dan memberitahu semuanya." Manami tertawa dan berkata, "Setelah Keiko lahir, Okaasan jadi ingin punya anak lagi. Makanya kita jadi punya adik bayi lagi."

"Kau menganggap semua ini lucu?" tanya Seiya datar. "Tak masalah kalau kau mau merahasiakan ini padaku. Tapi kau harus memberitahu Oujiro-san tentang Keiko! Orang itu harus bertanggungjawab!"

"Dia bukan tipe orang yang mau berkomitmen dalam pernikahan, Seiya-kun."

"Tak perlu menikah, asal dia memberikan tunjangan untuk Keiko sudah cukup."

"Besok... aku akan mempertemukannya dengan Keiko kalau begitu...," ujar Manami meski masih terlihat ragu. "Besok ada reuni dan aku yakin Tomohiro juga akan datang."

"Kalau Oujiro-san menolak, aku akan memberinya pelajaran."

Lalu Manami tertawa. Seiya tersenyum.

"Kau akan tidur di mana malam ini?" tanya Manami.

"Aku akan langsung pulang ke Sendai dengan kereta terakhir."

"Cepat sekali...," kata Manami terkejut. "Kenapa tidak menginap sehari saja?"

Seiya menghela napas memandang Manami.

"Menurutmu?"

"Kau sudah punya pacar, ya?" tebak Manami dengan tatapan menyelidik.

"Belum."

"Kalau begitu kau sudah punya seseorang yang kau suka? Siapa? Beritahu aku."

"Tidak akan."

"Jahatnya... Seiya-kun main rahasia-rahasiaan dengan kakaknya sendiri. Pamanmu nakal, ya, Keiko-chan?" rengek Manami yang disambut dengan anggukan Keiko.

"Mamamu yang mengajariku, Keiko-chan. Kalau harus ada yang disalahkan maka mamamu yang salah," kata Seiya tak mau kalah.

"Seiya-kun."

"Apa?"

"I love you."

"...baka."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar