Halaman

Selasa, 05 Maret 2013

The Sinner

Disclaimer:
  • Koushun Takami dan karya luar biasanya, Battle Royale, yang telah menginspirasi saya menulis original fanfik ini.
  • Seluruh jajaran staff Battle Royale RPG yang telah memberikan tempat untuk saya menciptakan karakter dan plot ini.
  • PM dari Kudou Seiya, Oujiro Keiko, dan Ryuzaki Seiya karena telah bersedia membangun plot bersama dengan karakter saya ini.
  • Harapan saya, nggak ada silent reader... saya sangat menyukai masukan dan komentar supaya saya lebih giat lagi menulis ^^~
***


Kudou Manami, 27 years old, member of Special Defence Force

***


Kudou Manami enggan bicara. Sepanjang perjalanan dari Tokyo menuju Sendai, wanita muda itu terus membungkam mulutnya. Diabaikannya Ryuzaki yang mencoba mencairkan suasana duka hingga pria yang adalah rekan kerjanya itu akhirnya ikut diam dan fokus memegang kemudi mobil.

Di depan mobil mereka, sebuah van hitam melaju dengan kecepatan sedang. Di dalam van itu, jenazah Kudou Seiya dibaringkan dalam peti mati. Luka-lukanya sudah dibersihkan. Pakaiannya telah diganti dengan pakaian mahal yang bersih. Rambutnya sudah ditata rapi sehingga putra keluarga Kudou itu terlihat seakan hanya tertidur lelap. Hanya saja kematian tak akan bisa menipu siapa pun. Hanya dengan melihatnya, siapa pun akan tahu bahwa tubuh itu tidak lagi bernyawa. Membayangkannya lagi saja sudah membuat air mata kembali bergulir jatuh dari sudut matanya.

***

Sendai, Kediaman Keluarga Kudou


Begitu van hitam dan mobil yang ditumpanginya berhenti di depan sebuah rumah  besar bergaya tradisional, penghuni rumah itu segera menghambur keluar. Manami dengan enggan turun dari mobil, mau tidak mau harus menyiapkan hati untuk menyaksikan drama duka cita yang sesaat lagi akan diputar langsung di depan matanya.

Seorang wanita berkimono hitam dengan rambut yang mulai memutih merengkuh Manami dalam pelukan. Ibunya. Wajah wanita itu pucat dan sembap karena tangis, kembali basah ketika peti mati Seiya diturunkan dari van hitam dan dibawa masuk ke dalam rumah. Ayah Manami telah menunggu di dalam, di sebuah ruangan serupa aula yang disediakan untuk keperluan persemayaman Seiya. Berbeda dengan ibunya, ayah Manami terlihat lebih tegar. Wajahnya tidak menunjukkan rasa sedih. Itu wajar, dulu ayahnya pun sama seperti dirinya, seorang abdi negara yang telah terbiasa menyaksikan kematian dan siap jika sewaktu-waktu nyawa anggota keluarganya yang melayang demi negara.

"Okaasan!"

"Keiko-chan...."

Manami berlutut dan merentangkan tangan menyambut putrinya yang berlari ke arahnya. Di belakangnya, seorang gadis yang lebih kecil mengikuti dengan langkah tertatih-tatih. Itu Chihiro, adik bungsunya yang lahir di masa tua ibunya. Manami merengkuh kedua gadis kecil itu dalam dekapannya. Kedua gadis kecil itu pun telah dipakaikan gaun hitam yang terlihat suram.

"Okaasan! Ojiisan mana?" tanya Keiko setelah melepas pelukannya. "Okaasan bilang ojiisan akan pulang sama-sama. Ojiisan di mana?"

Manami menarik napas dalam-dalam. Entah bagaimana ia bisa menjelaskan kematian Seiya pada dua gadis kecil yang masih begitu lugu itu. Keiko kerap meneleponnya selama masa Program, menanyakan kabar Seiya terus menerus. Putrinya sangat menyayangi Seiya meski baru beberapa kali mereka bertemu.

"Okaasan?" Keiko menarik-narik lengan seragam Manami dengan tak sabar sementara si kecil Chihiro menepuk-nepuk paha Manami dengan tangannya yang mungil. "Ojiisan manaaa...."

Manami tak sempat menjawab karena setelah itu terdengar raungan menyayat dari ruang semayam. Suara ibunya memanggil-manggil nama Seiya.

"Seiyakuuu... anakkuuu...."

Mendengar nama pamannya disebut, Keiko langsung berlari masuk ke dalam ruangan. Manami tak kuasa mencegahnya. Ia pun berdiri, menggendong Chihiro dan mengikuti jejak Keiko.

Peti mati Seiya terbuka di atas tatami. Napas Manami tercekat lagi melihat tubuh tanpa nyawa dari adik kesayangannya. Banjir rasa bersalah langsung menerjangnya tanpa ampun ketika melihat ibunya meratap di sisi peti itu, dirangkul oleh ayahnya yang tak berekspresi apa-apa. Keiko berdiri mematung di samping ibunya, memandangi Seiya dengan kebingungan. Chihiro di gendongannya menunjuk-nunjuk peti mati itu, meminta Manami membawanya mendekat.

"Nii... Niii," kata Chihiro gembira melihat kakak laki-lakinya sudah kembali ke rumah. Manami menurunkannya, membiarkan Chihiro berdiri berpegangan pada tepi peti mati Seiya. "Niii... Niii...."

"Okaasan... kenapa ojiisan ada di dalam sana?" tanya Keiko kembali menarik-narik baju Manami. "Ojiisan tidur, ya?"

Manami tak bisa menjawab. Air matanya sudah mengalir deras dan setiap desah napasnya diiringi oleh suara tangisnya sendiri.

"Okaasan kenapa malah menangis?" Keiko bertanya lagi lalu memegangi tepi peti mati di samping Chihiro yang mulai menepuk-nepuk pipi Seiya yang dingin dan pucat.

"Niiiiiii... Niiiii!" panggil Chihiro makin kencang. Gadis kecil itu sepertinya mulai kesal karena kakak laki-laki yang biasanya langsung menggendong dan memutar-mutarnya tiap pulang sekolah kini tak juga terbangun meski ia sudah memanggil-manggil.

"Ojiisan... ayo kita main kuda-kudaan," ajak Keiko pada Seiya. "Chi-chan juga mau, kan?"

Chihiro mengangguk.

Seiya bergeming.

"Ojiisan... baru pulang kok langsung tidur," rengek Keiko lagi.

"Niiii...."

Chihiro jatuh terduduk, kakinya yang masih goyah tak kuat menahan beban tubuhnya lama-lama. Gadis kecil itu pun melampiaskan amarahnya dengan menangis keras. Manami juga melihat air mata Keiko mulai turun. Ia pun mendekati kedua gadis kecil itu, memeluk mereka erat-erat.

"Okaasan... ojiisan nggak mau bangun," tangis Keiko. "Ojiisan kenapa? Ojiisaaan...."

Manami menggelengkan kepala. Tanpa menjawab ia tahu, Keiko sudah mengerti bahwa pamannya yang baik hati itu takkan pernah bangun lagi dari tidurnya...



...bersama dua puluh lima siswa-siswi Rakuzan Gakuen kelas 3-A yang lain.

Sendai menangis hari itu.

Dan Manami si pendosalah... yang membuat mereka semua menangis.


-FIN-

2 komentar:

  1. ehm.. ini pov orang ketiga kan'?
    aku bingung sama kalimat ini nih ==> "Chihiro di gendongannya menunjuk-nunjuk peti mati itu, memintaku membawanya mendekat."
    itu aja sih.
    buat tulisannya bagus, ceritanya juga oke. aku ikutin dari awal.
    meskipun gak ngerti battle royale rpg itu apaan =_="
    btw sekarang aku lagi belajar nulis novel.
    aku juga ikut semangat kalo ada penulis muda yang semangat nulis kaya gini.
    jadi... semangat ya.
    ditunggu karya selanjutnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah... ada yg keserimpet ternyata jd pov 1 :"| *nggak sadar* makasih ya udah dikasih tau x"D

      Battle Royale RPG itu forum role play berbasis dari novel Battle Royale karya Koushun Takami :D

      Wah, sama2 semangat nulis ya, Kyou! Makasih udah mengikuti cerita ini :D

      Hapus