Halaman

Minggu, 08 April 2012

Katya dan Medali Ajaib

[HOLIDAY WRITING CHALLENGE] Pindahkan Genrenya!
by Gagas Media.
Novel: Eclair, Penulis: Prisca Primasari, Halaman: 204-205

###


Katya mengusap permukaan medali perak bermata safir itu dengan takjub. Pada akhirnya medali itu ada di tangannya. Pencarian yang dilakukannya bersama Sergei selama berbulan-bulan pun selesai sudah. Tak perlu lagi mereka menyusuri hutan, mendaki gunung-gunung tinggi juga menahan dahaga di tengah gurun antah berantah. Peri bunga violet yang menemuinya saat ia tersesat di hutan Jivell tidak berkata bohong. Medali perak Ratu Tatiana sungguh ada di gua Vella, gua dalam legenda, medali itu tersembunyi di tempat yang hanya bisa ditemukan oleh orang yang memiliki ketulusan hati. Katya tersenyum, diserahkannya medali itu kepada Sergei dengan mata berkaca-kaca. Gurat lelah kini seolah hilang dari raut wajah Katya.


Sergei memandangi medali itu, mengantonginya lalu memberi Katya pelukan erat. Tak perlu kata-kata untuk mengungkapkan setiap rasa syukur yang ada di hati Sergei. Medali ajaib itu akan mengabulkan permohonan mereka untuk menyembuhkan Stepanych, adiknya yang sedang sekarat karena racun mematikan.

Tiba-tiba daratan bergetar hebat, Sergei dan Katya saling melepas pelukan. Keduanya terjatuh berlawanan arah ketika bebatuan mulai runtuh dari langit-langit gua. Patung Ratu Tatiana telah lenyap ke dalam dinding batu kaca. Cahaya kebiruan yang semula menerangi gua perlahan-lahan memudar.

Jeritan Katya memenuhi gua yang gelap gulita.

Ketika gempa itu berhenti dan Sergei berhasil mengambil batu cahaya, Katya telah disekap. Seorang pria bertopeng mengunci leher Katya dari belakang. Seorang wanita dengan wajah tertutup cadar hitam mengacungkan tongkat sihir ke arah Sergei. Keduanya mengenakan jubah hitam yang panjang hingga semata kaki. Suara kekehan ganjil mereka terdengar dari balik topeng. Baik Sergei maupun Katya tahu apa yang mereka inginkan.

Medali itu.

Tongkat sihir digerakkan, huruf-huruf bercahaya menyala di udara.

'Berikan medalinya', demikian yang tertulis dengan huruf merah menyala. Sergei menggeleng. Katya meronta. Wanita bercadar itu kembali menggerakkan tongkatnya. 'Serahkan atau gadis ini mati'.

"Bunuh saja," kata Sergei dingin. "Aku tidak peduli."

Dua orang berjubah itu terhenyak. Keduanya sama sekali tak menyangka bahwa Katya ternyata tidak berarti apa-apa untuk Sergei dan itu berarti mereka telah salah menjadikan Katya sandera. Geraman terdengar dari balik topeng laki-laki yang menyekap Katya.

"Aku ingin kau menyerahkan Katya karena aku kasihan padanya," ujar Sergei pada laki-laki itu. Dia berusaha untuk tidak terlihat panik, menjaga gestur tubuhnya tetap tenang dan terus mengucapkan kebohongan agar kedua orang itu yakin bahwa Katya bukan siapa-siapa untuknya. Sergei mencibir.

"Tapi kalau kau ingin membunuhnya, aku tidak akan keberatan. Aku juga akan membuang benda ini," Sergei mengangkat medali itu tinggi-tinggi, bersiap untuk meremukkannya dengan kekuatan yang ia miliki. Kedua mata Sergei menyala keemasan dan atas perintah tak terucap dari si wanita bercadar, laki-laki bertopeng itu melepaskan Katya, mendorongnya ke pelukan Sergei. Cahaya keemasan memudar kembali dari kedua mata Sergei.

"Ambil dia," sergah laki-laki itu. "Berikan medalinya."

"Kemarilah." Sergei tersenyum tipis, mengulurkan tangannya yang memegang medali sementara tangan yang satu memeluk Katya erat.

Wanita bercadar itu maju mendekat diikuti oleh laki-laki bertopeng di belakangnya. Tongkat sihir teracung ke arah Sergei, siap untuk menyerang jika Sergei mencoba melawannya. Katya diam-diam menoleh ke atas, menatap langit-langit gua yang masih terus menjatuhkan batu-batuan kecil, kedua matanya berbinar ketika dia kembali menatap kedua musuhnya.

"Ambil ini," ulang Sergei.

Setelah kedua orang itu cukup dekat, suara gemerincing sayap peri bunga violet terdengar bersamaan dengan jatuhnya batu besar dari langit-langit gua langsung menghantam tangan si wanita bercadar dan mematahkan tongkat sihirnya. Sergei langsung mengayunkan pedangnya ke arah laki-laki bertopeng dan berhasil melumpuhkannya dengan satu sabetan. Kedua orang itu jatuh terkapar, yang wanita merintih kesakitan karena tulang tangannya patah, yang laki-laki berusaha menahan darah yang terus mengucur di perutnya. Sergei menghampiri keduanya, mengangkat lagi pedangnya dan berniat untuk menghabisi mereka.

"Jangan, Seryozha!" pekik Katya.

Wanita bercadar itu menjerit, cadarnya terlepas dari wajahnya dan detik itu juga Katya bisa melihat bahwa wanita itu tak memiliki lidah. Didorongnya Sergei mundur dan memeluknya agar Sergei tidak membunuh kedua orang itu. Peri bunga violet akan menggiring keduanya pergi menemui Ratu Tatiana yang akan memberikan hukuman setimpal bagi mereka.

"Jangan, Seryozha, sudahlah...," bisik Katya. "Sudah selesai...."

Sergei menyarungkan pedangnya, memeluk Katya dan segera menariknya berlari keluar dari gua ketika gempa kembali terjadi. Peri bunga violet terbang cepat menjadi penunjuk jalan untuk sepasang kekasih itu.

Dalam hitungan detik setelah mereka berhasil keluar, gua Vella pun runtuh. Jalan keluar telah tertutup rapat oleh batu-batu besar. Katya terisak membayangkan kedua orang berjubah yang masih terperangkap di dalam. Sergei memeluknya, menghiburnya dengan fakta bahwa medali ajaib telah mereka miliki dan Stepanych akan selamat.

Sudah waktunya untuk pulang.

Stepanych tak bisa menunggu terlalu lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar