Sedikit pun tak pernah terbersit di hatiku untuk meragukan perkataanmu. Hari itu, aku sengaja datang lebih cepat ke tempat perjanjian kita. Sengaja kubawa makan siangku dalam kotak bekal yang disiapkan Grey. Sebenarnya, aku bahkan membawa kotak bekal lain yang kusiapkan untukmu. Berharap kau juga datang lebih cepat sepertiku. Serangga-serangga kesayanganmu tak lupa kubawa serta. Merasa puas setelah bermain-main dengan mereka semalaman. Tak jua hentinya hatiku bertanya-tanya, ada apa gerangan hingga kau pada akhirnya memberiku ijin untuk memegang mereka, bahkan membawanya pulang satu malam.
Aku masih ingat dengan jelas betapa marahnya dirimu saat aku berusaha memegang laba-labamu yang cantik di rumah sakit. Pertama kalinya kau memukul tanganku juga pertama kalinya aku menangis. Aku marah padamu saat itu tapi di lain pihak, aku juga merasa bersalah padamu. Sejak itu aku tak pernah berani lagi meminta ijin padamu untuk menyentuh peliharaanmu yang begitu kau sayangi. Aku takut melihatmu marah. Walau di wajahku tak pernah terlihat ekspresi takut seperti itu. Aku menutupinya dengan semua keisengan yang kuperbuat padamu.
Lalu, di hari aku tenggelam di danau… kau menyelamatkan aku. Kau menarik tubuhku keluar dari air dan saat aku tersadar, rupanya saat itu kau juga telah menarik hatiku keluar lalu tinggal di dalam hatimu. Saat itu aku menyadari perasaanku yang sebenarnya.
Walau ternyata terlambat. Kau sudah punya seseorang di sampingmu.
Aku harus cukup puas hanya menjadi sahabatmu. Setidaknya dengan begitu aku takkan pernah benar-benar kehilanganmu. Begitulah pikirku.
Aku terus menunggu.
Hingga matahari meninggi tepat di atas kepalaku. Hingga isi kotak bekalku habis lalu menyusul kotak bekalmu. Lalu matahari pun terbenam dan langit berubah gelap… kau tak juga datang. Kau ada di mana, tanyaku dalam hati. Apakah kau sedang bersama kekasihmu? Apakah kau lupa janji kita untuk bertemu? Apakah kau tak lagi peduli pada serangga-serangga kesayanganmu?
Kemudian hujan turun membasahi seluruh tubuhku. Grey memaksaku pulang karena tubuhku terserang demam. Aku menggigil kedinginan. Kupeluk kotak seranggamu erat-erat, terus meyakinkan diriku bahwa kau pasti akan datang. Tapi tidak. Kau tak datang.
Kau tak pernah datang. Tak akan pernah.
Karena kau telah meninggalkanku, pergi ke tempat yang begitu jauh… ke tempat yang tak bisa kugapai.
Dan kini… aku terbaring lemah di atas reruntuhan atap batu sekolah kita. Aku baru saja terjatuh dari ketinggian dan sialnya aku mendarat tepat di atas reruntuhan runcing yang menembus perutku. Hey, bisakah kau lihat darah mulai mengalir keluar dari tubuhku? Kesadaranku mulai hilang. Rasa sakit yang harusnya kurasakan sama sekali tak terasa. Aku melayang. Suara ribut-ribut di sekitarku hanya terdengar bagai dengung sayap lebah. Lalu saat aku mengerjapkan mata…
Aku melihatmu memandangku dengan senyum lembut terulas di wajahmu.
Kau mengulurkan tanganmu padaku.
Aku balas tersenyum dan kuulurkan tanganku.
Kau genggam tanganku dan aku terbang di sisimu.
Hey, Lucas. Akhirnya kau kembali ke sisiku.
Izzzzziiiiii...... TT___TT
BalasHapusUdah pernah baca ini tapi tetep aja sedih .___. Harusnya pas Battle of Hogwarts itu Vlad muncul terus nangkep Izzi sebelum jatuh ya :"> #dikeplakistri
Anyway, FF-nya bagus, sayang, simpel tapi pesannya tersampaikan :)
Vlaaad TT___TT
BalasHapusIni sebenernya kurang panjang, cuma karena gak tahan sama blendingnya jadi alurnya dipercepat... niatnya mau nulis lagi kisah sebelum Lucas pergi tapi belum sempet2x... hiks