Cerpen ini diikutsertakan pada lomba Cerbul Kastil Fantasi bulan November di Goodreads.
***
Jalanan yang
dilewatinya gelap dan becek, bau tengik sampah yang menumpuk di sudut jalan
membuatnya menahan napas dan berjalan lebih cepat. Segera saja sepatu bot dan
ujung-ujung celana panjang yang dipakainya kotor oleh cipratan tanah basah yang
menempel. Jaket hitam panjang bertudung yang menutupi kepala dan bagian atas
tubuhnya basah oleh gerimis yang masih turun perlahan di kota tua itu. Di kanan
kiri jalan tampak para tunawisma yang berteduh dengan berlapis-lapis koran sebagai
alas duduk. Seorang ibu memeluk tiga orang anaknya yang menangis kedinginan
serta didera kelaparan. Seorang kakek tua berbaring tak peduli di atas karton
yang dilebarkan, di sisinya seorang nenek tua sibuk berdoa rosario.
Berlusin-lusin anak kecil bergerombol di bawah lindungan atap yang menonjol
keluar, beberapa terlihat tertawa mengerjai anak-anak yang lebih
lemah—menyirami mereka dengan menendangi genangan air. Suara tawa dan jerit
mereka menutupi suara langkah sepatunya yang berkecipak saat ia melompat ke
atas tumpukan peti kayu lalu ke jendela sebuah bangunan tua yang terbengkalai.